Turonggo Seto Batam: Merayakan Puncak Kemerdekaan dengan Kesenian Kuda Lumping di Tiban Ayu

 

Turonggo Seto Batam: Merayakan Puncak Kemerdekaan dengan Kesenian Kuda Lumping di Tiban Ayu

Turonggo Seto Batam: Merayakan Puncak Kemerdekaan dengan Kesenian Kuda Lumping di Tiban Ayu


Turonggo Seto Batam: Merayakan Puncak Kemerdekaan dengan Kesenian Kuda Lumping di Tiban Ayu


Pada tanggal 17 Agustus, Indonesia merayakan Hari Kemerdekaannya yang ke-79. Di tengah berbagai perayaan di seluruh pelosok negeri, komunitas Turonggo Seto Batam tidak ketinggalan untuk turut meramaikan dengan menyelenggarakan acara spesial di Tiban Ayu, sebuah wilayah yang terkenal dengan keragaman budayanya. Mengangkat tema "Spesial Agustus: Puncak Kemerdekaan Indonesia ke-79", acara ini menampilkan pertunjukan seni tradisional kuda lumping yang bekerja sama dengan kelompok seni Tiga Mutiara.


### Turonggo Seto Batam: Menjaga Tradisi di Tengah Modernitas


Turonggo Seto Batam, yang berlokasi di Tiban Satu Blok C6 No 103 dan dipimpin oleh Cak Muji, merupakan sebuah komunitas yang didedikasikan untuk melestarikan seni kuda lumping, salah satu warisan budaya dari Jawa. Kuda lumping sendiri adalah tarian tradisional yang menggambarkan pasukan berkuda dan sering kali diiringi dengan atraksi magis seperti kekebalan terhadap benda tajam atau kekuatan supranatural.


Di tengah kemajuan teknologi dan arus modernisasi, Turonggo Seto Batam tetap konsisten mengadakan latihan rutin dan pertunjukan untuk menjaga agar tradisi ini tetap hidup dan dikenal oleh generasi muda. Kelompok ini sering mengadakan pertunjukan di berbagai acara, baik lokal maupun nasional, untuk memperkenalkan seni kuda lumping kepada masyarakat yang mungkin belum begitu mengenal budaya ini.


### Puncak Kemerdekaan di Tiban Ayu: Jajanan Rakyat dan Kesenian Tradisional


Acara puncak kemerdekaan yang diselenggarakan oleh Turonggo Seto Batam di Tiban Ayu dimulai pada pukul 16.30 WIB dan dihadiri oleh sekitar 100 orang penonton. Dengan suasana yang penuh semangat kebangsaan, penonton dari berbagai kalangan datang untuk menyaksikan pertunjukan yang berbeda dari biasanya. Lokasi acara didekorasi dengan nuansa merah putih, simbol dari bendera Indonesia, yang menambah semangat kemerdekaan di udara.


Acara ini tidak hanya menampilkan kuda lumping sebagai pusat perhatian, tetapi juga menghadirkan jajanan rakyat khas yang menambah keunikan dan kekhasan acara. Para pengunjung dapat menikmati berbagai kuliner tradisional sambil menunggu pertunjukan dimulai. Kehadiran jajanan rakyat ini tidak hanya menjadi daya tarik tersendiri, tetapi juga sebagai bentuk dukungan terhadap UMKM lokal yang ikut berpartisipasi dalam perayaan ini.


### Kuda Lumping: Atraksi Menawan yang Memecah Keheningan


Saat senja mulai turun, panggung yang terletak di area terbuka Tiban Ayu mulai diramaikan oleh dentuman suara gamelan. Suara gamelan yang menggema perlahan menarik perhatian para penonton yang semakin antusias. Alunan musik tradisional Jawa tersebut mengiringi para pemain kuda lumping yang mulai memasuki arena dengan langkah-langkah yang mantap.


Para pemain, yang sebagian besar adalah anak-anak yang telah dilatih oleh Turonggo Seto Batam, menampilkan tarian kuda lumping dengan penuh semangat. Mereka menari dengan diiringi suara cambuk yang memecah udara, menambah kesan magis pada pertunjukan tersebut. Atraksi cambuk yang diiringi dengan nyanyian Jawa kental membuat penonton takjub dan terpana. Beberapa penonton bahkan berdecak kagum menyaksikan ketangkasan dan keberanian para penari muda tersebut.


Salah satu momen yang paling memukau adalah ketika beberapa penari berhasil melakukan gerakan akrobatik sambil tetap mempertahankan tempo tarian yang dinamis. Penonton yang semula hanya duduk dengan tenang, kini mulai berdiri untuk mendapatkan pandangan yang lebih baik terhadap aksi para penari. Tepukan tangan dan sorakan semangat dari penonton menjadi bukti apresiasi yang besar terhadap usaha dan dedikasi para pemain kuda lumping muda ini.


### Menghidupkan Nostalgia Kampung Halaman


Bagi banyak penonton, terutama mereka yang berasal dari Jawa, pertunjukan kuda lumping ini tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga membawa mereka kembali ke kenangan masa lalu di kampung halaman. Suara gamelan, nyanyian Jawa, dan tarian kuda lumping menjadi pengingat akan budaya dan tradisi yang mungkin sudah jarang mereka temui sejak pindah ke kota besar seperti Batam.


"Saya merasa seperti kembali ke kampung halaman saya di Jawa. Suasana, musik, dan tariannya persis seperti yang saya ingat saat kecil dulu," ungkap seorang penonton yang terlihat sangat terharu. Kehangatan dan kerinduan akan kampung halaman ini terasa sangat kuat sepanjang acara berlangsung.


Tak hanya warga Jawa, penonton dari berbagai latar belakang budaya juga merasakan sensasi yang sama. Mereka terhibur dengan pertunjukan ini dan banyak yang mengaku bahwa ini adalah pengalaman pertama mereka menyaksikan kuda lumping secara langsung. Dengan adanya acara seperti ini, budaya Jawa dapat dikenal lebih luas dan dihargai oleh masyarakat yang lebih beragam.


### Kolaborasi dengan Tiga Mutiara: Simbol Persatuan dalam Kebudayaan


Acara ini juga menjadi bukti bahwa seni dan budaya dapat menjadi sarana untuk mempererat persatuan di tengah keragaman. Kolaborasi antara Turonggo Seto Batam dan Tiga Mutiara, dua kelompok seni yang memiliki latar belakang yang berbeda, menunjukkan bagaimana perbedaan dapat disatukan melalui seni. Keduanya berhasil menciptakan sebuah pertunjukan yang harmonis dan saling melengkapi.


Tiga Mutiara, yang juga berbasis di Batam, dikenal dengan keahliannya dalam berbagai seni tradisional nusantara. Dengan bergabungnya mereka dalam acara ini, perayaan kemerdekaan menjadi lebih meriah dan berwarna. Penonton tidak hanya disuguhi dengan pertunjukan kuda lumping, tetapi juga bisa menikmati berbagai atraksi seni lainnya yang dibawakan oleh Tiga Mutiara.


### Antusiasme Penonton dan Harapan untuk Masa Depan


Acara puncak kemerdekaan ini mendapatkan sambutan yang sangat positif dari masyarakat. Antusiasme penonton terlihat dari jumlah yang hadir dan dari apresiasi yang mereka tunjukkan selama dan setelah acara berlangsung. Banyak yang berharap bahwa acara seperti ini bisa terus dilaksanakan di masa depan, tidak hanya sebagai perayaan hari besar, tetapi juga sebagai upaya untuk terus melestarikan budaya tradisional.


Bagi Turonggo Seto Batam, acara ini adalah salah satu dari sekian banyak upaya mereka untuk memperkenalkan kuda lumping ke masyarakat yang lebih luas. Dengan semakin banyaknya generasi muda yang terlibat dalam pelestarian budaya ini, ada harapan besar bahwa seni kuda lumping akan terus hidup dan berkembang di masa depan.


Selain itu, acara ini juga membuka peluang untuk lebih banyak kolaborasi antara kelompok seni yang berbeda, baik di Batam maupun di daerah lain. Kolaborasi ini diharapkan dapat memperkaya dan memperkuat budaya lokal, sekaligus menjadi sarana untuk mempererat persatuan di tengah keragaman masyarakat Indonesia.


### Kesimpulan: Merayakan Kemerdekaan dengan Melestarikan Budaya


Puncak perayaan kemerdekaan di Tiban Ayu yang diselenggarakan oleh Turonggo Seto Batam dengan tema "Spesial Agustus: Puncak Kemerdekaan Indonesia ke-79" merupakan contoh nyata bagaimana seni dan budaya dapat menjadi bagian integral dari perayaan nasional. Dengan menggabungkan semangat kemerdekaan dengan pelestarian budaya, acara ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mengedukasi dan menginspirasi masyarakat untuk lebih menghargai warisan budaya mereka.


Pertunjukan kuda lumping, dengan segala keunikannya, menjadi pusat perhatian yang berhasil menyedot perhatian penonton dari berbagai latar belakang. Kolaborasi dengan Tiga Mutiara menambah keunikan acara ini, menunjukkan bahwa melalui seni, persatuan dapat dicapai meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda.


Dengan suksesnya acara ini, diharapkan Turonggo Seto Batam dan komunitas seni lainnya akan terus berinovasi dan berkreasi dalam melestarikan budaya tradisional Indonesia. Melalui usaha bersama dan dukungan dari masyarakat, seni tradisional seperti kuda lumping dapat terus hidup dan berkembang, menjadi kebanggaan bagi seluruh bangsa Indonesia.

0 Komentar