Meningkatnya Ancaman: Serangan Brute Force Terhadap VPN dan Firewall

 

Meningkatnya Ancaman Serangan Brute Force Terhadap VPN dan Firewall

Meningkatnya Ancaman: Serangan Brute Force Terhadap VPN dan Firewall

Dalam beberapa bulan terakhir, dunia keamanan siber dikejutkan oleh kampanye serangan brute force berskala besar yang menargetkan perangkat keamanan jaringan seperti VPN dan firewall. Serangan ini memanfaatkan sekitar 2,8 juta alamat IP unik setiap harinya untuk mencoba menebak kredensial login dan mendapatkan akses tidak sah ke sistem target.

Skala dan Distribusi Geografis Serangan

Menurut laporan dari The Shadowserver Foundation, serangan ini pertama kali terdeteksi pada Januari 2025 dan telah meningkat intensitasnya dalam beberapa minggu terakhir. Sebagian besar alamat IP yang terlibat dalam serangan ini berasal dari Brasil (lebih dari 1,1 juta), diikuti oleh Turki, Rusia, Argentina, Maroko, dan Meksiko. Alamat IP penyerang tersebar di jaringan proxy residensial dan perangkat yang terkompromi, termasuk router MikroTik, Huawei, dan Cisco, yang kemungkinan dikendalikan oleh botnet besar.

Target Utama: Perangkat Keamanan Tepi Jaringan

Serangan ini terutama menargetkan perangkat yang berperan penting dalam akses jarak jauh, seperti:

  • Gateway VPN (Palo Alto Networks GlobalProtect, SonicWall NetExtender)
  • Firewall (Ivanti, Fortinet)
  • Router dan perangkat IoT

Perangkat-perangkat ini sering kali terhubung langsung ke internet, menjadikannya target utama bagi penyerang. Sistem yang berhasil dikompromikan berisiko digunakan sebagai node proxy untuk serangan lebih lanjut, memungkinkan penyerang menyamarkan lalu lintas berbahaya sebagai aktivitas pengguna yang sah.

Teknik Serangan Brute Force dan Dampaknya

Serangan brute force melibatkan upaya berulang untuk menebak nama pengguna dan kata sandi hingga kredensial yang valid ditemukan. Setelah berhasil, penyerang dapat:

  • Membajak perangkat untuk akses jaringan tanpa izin
  • Mencuri data sensitif
  • Mengintegrasikan perangkat ke dalam botnet

Serangan ini juga dapat menyebabkan serangan ransomware, pencurian data, atau gangguan layanan penting. Oleh karena itu, organisasi harus segera mengambil tindakan untuk melindungi jaringan mereka.

Rekomendasi untuk Mitigasi Risiko

Untuk melindungi jaringan dari serangan brute force, langkah-langkah berikut disarankan:

  1. Gunakan Kata Sandi yang Kuat dan Unik: Hindari penggunaan kata sandi default atau yang mudah ditebak.
  2. Aktifkan Autentikasi Multi-Faktor (MFA): Ini menambahkan lapisan keamanan tambahan yang membatasi akses tidak sah.
  3. Perbarui dan Patch Perangkat Secara Teratur: Kerentanan yang tidak ditambal sering menjadi vektor serangan umum.
  4. Pantau Lalu Lintas Jaringan untuk Aktivitas Mencurigakan: Identifikasi dan blokir alamat IP yang dianggap berbahaya.

Organisasi juga dapat berlangganan laporan harian gratis dari Shadowserver, yang mencakup detail serangan yang terdeteksi dan alamat IP sumber. Berbagi data secara proaktif memungkinkan jaringan yang terpengaruh untuk mengambil tindakan dan mengurangi risiko.

Pentingnya Keamanan Perangkat Tepi Jaringan

Perangkat tepi jaringan, seperti router dan firewall, sering kali kurang memiliki perlindungan bawaan yang kuat dan dapat diabaikan dalam praktik keamanan. Ini menjadikannya target menarik bagi penyerang yang ingin mendapatkan akses persisten atau meluncurkan eksploitasi lebih lanjut dalam jaringan organisasi.

Kesimpulan

Peningkatan serangan brute force terhadap perangkat keamanan jaringan menyoroti kebutuhan mendesak untuk meningkatkan praktik keamanan. Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang tepat, organisasi dapat mengurangi risiko dan melindungi aset digital mereka dari ancaman yang terus berkembang.

0 Komentar